Jumat, 23 September 2011

teori kajian budaya


KAJIAN BUDAYA
BERDASARKAN PENELITIAN STUART HALL
BAB 21
            Stuart Hall adalah seorang teoritikus yang mempertanyakan peranan berbagai institusi elite seperti media. Hall berfokus pada peran media dan kemampuan mereka untuk membentuk  opini publik mengenai populasi yang termarginalkan (seperti orang-orang kulit berwarna, orang miskin, dan sebagainya) karena bagi Hall, kepribadian bersifat politis.
Media merepresentasikan ideologi dari kelas yang dominan di dalam masyarakat. Karena media dikontrol oleh kaum elite, informasi yang ditampilkan kepada publik juga pada akhirnya dipengaruhi dan ditargetkan dengan tujuan untuk mencapai keuntungan. Pengaruh media dan peranan kekuasaaan harus dipertimbangkan ketika menginterpretasikan suatu budaya.
Orientasi itu lah yang mendasari karya Hall dalam kajian budaya(cultural studies), perspektif teoritis yang berfokus bagaimana budaya dipengaruhi oleh budaya yang kuat dan dominan. Kajian budaya ini tidak merujuk pada doktrin tunggal mengenai perilaku manusia, oleh karena itu kajian budaya jauh melampaui media dan sering disebut sebagai “kajian khalayak”, kajian budaya yang berkaitan dengan sikap, pendekatan, dan kritik mengenai sebuah budaya.
WARISAN MARXIS: KEKUATAN BAGI MASYARAKAT
Kajian budaya adalah tradisi yang berakar pada tulisan-tulisan filsuf Jerman Karl Marx. Kajian budaya yang menekankan bahwa media menjaga agar orang-orang yang berkuasa tetap memiliki kekuasaan semantara yang kurang berkuasa menerima mentah-mentah apa yang diberikan kepada mereka. Dasar teori ini lah yang dibentuk dari prinsip-prinsip Marxis.
Filsuf Karl Marx dihargai sebagai orang yang mampu mengidentifikasikan bagaimana mereka yang memiliki kekuasaan (kaum elite) mengeksploitasi yang lemah (kelas pekerja). Marx percaya bahwa keadaan lemah dapat menuntun pada terjadinya alienasi, persepsi bahwa seseorang (kondisi psikologis) memiliki sedikit kontrol terhadap masa depannya. Dan bagi Marx, alienasi akan paling merusak jika berada di bawah kapitalisme.
Kapitalisme menghasilkan masyarakat yang dipicu oleh keuntungan, dan pekerja di dalam masyarakat yang kapitalistik dinilai berdasarkan potensi kerja keras mereka. Marx percaya bahwa sistem kelas harus digali oleh kelas pekerja kolektif, atau kaum proletariat. Karena Marx merasa bahwa para pekerja sering kali dihadapkan pada kondisi kerja dan hidup yang buruk, sehingga kekuasaan kaum elite tidak berkurang.
Hal ini yang disebut para pemikir Marxis sebagai teoretikus Mazhab Frankfurt, sekelompok ilmuwan yang percaya bahwa media lebih tertarik untuk menghasilkan uang dibandingkan menyampaikan berita karena adanya kepemilikan media oleh kaum elite.
ASUMSI KAJIAN BUDAYA
(1)   Budaya tersebar dalam dan menginvasi semua sisi perilaku manusia.
Asumsi ini berkaitan dengan pemikiran mengenai budaya sebagai sebuah konsep. Dalam kajian budaya, kita membutuhkan interpretasi yang berbeda dari kata budaya, dengan berbagai norma, ide, dan nilai dan bentuk-bentuk pemahaman di dalam sebuah masyarakat yang membantu orang untuk menginterpretasikan realita mereka adalah bagian dari ideologi, kerangka berpikir yang digunakan untuk memaknai keberadaan kita, sebuah budaya.
(2)   Orang merupakan bagian dari struktur kekuasaan yang bersifat hierarkis.
Kekuasaan bekerja di dalam semua level kemanusiaan dan secara berkesinambungan membatasi keunikan identitas, meskipun kekuasaan tersebut tidak didasarkan pada peran. Dalam kaitannya dengan tradisi Marxis, kekuasaan adalah sesuatu yang diinginkan oleh kelompok subordinat tetapi tidak dapat dicapai.
HEGEMONI: PENGARUH TERHADAP MASSA
Secara umum hegemoni, dapat didefinisikan sebagai dominasi oleh sebuah kelompok terhadap yang lainnya. Konsep hegemoni merupakan fitur penting dalam kajian budaya dan banyak bagian dari teori ini yang terletak pada pemahaman hegemoni sendiri.
Gramsci, para teoretikus kajian budaya menyebutnya sebagai “leluhur Marxis yang kedua”, karena ia secara terbuka menanyakan mengapa massa tidak pernah memberontak terhadap kelas yang diuntungkan. Pemikiran Gramsci mengenai hegemoni didasarkan pada ide Marx mengenai kesadaran palsu, keyakinan Gramsci bahwa orang tidak menyadari akan adanya dominasi di dalam kehidupan mereka.
Gramsci, berpendapat bahwa khalayak dapat dieksploitasi oleh sistem sosial yang juga mereka dukung mulai dari budaya populer hingga agama. Penerapan pemikiran Gramsci mengenai hegemoni, dimana persetujuan merupakan komponen utama dari hegemoni, juga cukup sesuai untuk diaplikasikan pada masyarakat di masa kini.
HEGEMONI TANDINGAN: MASSA MULAI MEMENGARUHI KEKUATAN DOMINAN
Seperti yang telah kita pelajari sebelumnya, hegemoni merupakan salah satu dari konsep di dalam kajian budaya. Namun terkadang, khalayak juga akan menggunakan sumber daya dan strategi yang sama seperti yang digunakan kelompok dominan atau sering disebut Hall sebagai hegemoni tandingan.
Hegemoni tandingan menjadi bagian yang penting dalam pemikiran kajian budaya karena hal ini menunjukkan bahwa khalayak tidak selamanya diam dan menurut. Pesan-pesan hegemoni tandingan, ironisnya, muncul di dalam program-program televisi. Sebagai contoh the Simpsons, komedi di televisi Amerika yang paling lama diputar dan berisi berisi pesan-pesan hegemoni tandingan berbau satire.
PENDEKODEAN OLEH KHALAYAK
Pendekodean, menerima dan membanding-bandingkan pesan. Tidak ada pesan hegemoni ataupun hegemoni tandingan yang dapat ada tanpa kemampuan khalayak untuk menerima pesan dan membandingkannya dengan makna yang telah tersimpan di dalam benak mereka.
Perlu diingat bahwa publik menerima informasi dalam jumlah besar dari kaum elite dan bahwa orang secara tidak sadar menaati pesan yang disampaikan oleh ideologi dominan. Sehingga para teoretikus berpendapat bahwa publik harus dilihat sebagai bagian dari konteks budaya yang lebih besar, sebuah konteks di mana mereka yang berjuang untuk menyuarakan diri mereka sedang ditindas.
Hall menjelaskan lebih lanjut bagaimana proses pendekodean berlangsung di dalam media melalui tiga sudut pandang atau posisi:
(a)    Dominan hegemonis, beroperasi di dalam kode yang memungkinkan orang untuk memiliki kontrol terhadap orang lainnya. Kode profesional untuk seorang penyiar televisi, misalnya, akan selalu bekerja di dalam hegemoni kode yang lebih dominan. Hall menyatakan bahwa kode profesional mereproduksi interpretasi hegemonis mengenai realitas.
(b)   Ternegosiasi, menerima ideologi dominan, tetapi mengizinkan adanya perkecualian budaya. Hall berpendapat bahwa anggota khalayak selalu memiliki hak untuk menerapkan kondisi lokal kepada peristiwa skala besar. Hal ini sering kali terjadi ketika media melaporkan mengenai hukum yang diberlakukan secara nasional dan diinterpreatasikan dalam konteks negara bagian atau komunitas.
(c)    Oposisional, mensubstitusi pesan-pesan alternatif yang ditampilkan oleh media. Konsumen yang kritis akan menolak makna sebuah pesan yang dipilih dan ditentukan oleh media dan menggantikannya dengan pemikiran mereka sendiri mengenai subjek tertentu.
Hall menerima fakta bahwa media membingkai pesan-pesan dengan maksud tersembunyi untuk memengaruhi. Para teoretikus dalam kajian budaya tidak menyatakan bahwa orang sangat mudah untuk dipengaruhi, melainkan mereka sering kali secara tidak sadar menjadi bagian dari agenda orang lain.  












1 komentar:

  1. Pragmatic Play launches new online slot game 'Casinogapade'
    Pragmatic Play launches new online 서귀포 출장샵 slot game 동두천 출장안마 'Casinogapade' 충주 출장안마 The innovative game was developed by the Swedish 시흥 출장안마 developer Pragmatic 당진 출장마사지 Play and features

    BalasHapus