PARADIGMA
NARATIF
BERDASARKAN PENELITIAN WALTER FISHER
BAB 20
PENELITIAN WALTER FISHER
Fisher
menyatakan bahwa esensi dari sifat dasar manusia adalah menceritakan kisah.
Sehingga paradigma naratif
mengemukakan keyakinan bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwa
pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan
perilaku kita.
Fisher menyatakan
bahwa paradigma ini merujuk pada usaha untuk memformalisasi dan
mengarahkan pemahaman kita mengenai pengalaman dari semua komunikasi manusia. Yang
ia bandingkan dengan pendekatan lain dengan apa yang ia sebut sebagai paradigma
rasional yang mengarakterisasi pemikiran Barat sebelumnya. Dengan cara ini,
Fisher mempresentasikan apa yang dapat disebut sebagai pergeseran paradigma, perubahan signifikan dalam cara kebanyakan
orang melihat dunia dan maknanya.
Tetapi
Fisher menyatakan bahwa perubahan ini tidak menjangkau dengan luas karena baik
filsafat dan ilmu pengetahuan menghargai sebuah sistem logika formal yang terus
menempatkan puisi atau retorika pada sebuah posisi yang rendah. Paradigma dunia rasional, sistem logika
(cara yang paling utama) yang digunakan
oleh banyak peneliti dan profesional.
ASUMSI PARADIGMA NARATIF
Asumsi paradigma naratif yang dinyatakan oleh Fisher
bertolak belakang dengan paradigma dunia rasional. Hal ini menimbulkan
perbedaan antara paradigma naratif dengan paradigma dunia rasional.
PARADIGMA NARATIF
|
PARADIGMA DUNIA RASIONAL
|
1.
Manusia adalah makhluk pencerita.
|
1. Manusia
adalah makhluk rasional.
|
2.
Pengambilan keputusan dan komunikasi didasarkan pada “pertimbangan yang
sehat”.
|
2. Pengambilan
keputusan didasarkan pada argumen.
|
3.
Pertimbangan yang sehat ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya, dan
karakter.
|
3. Argumen
mengikuti kriteria khusus untuk mencapai pertimbangan yang sehat, logika.
|
4.
Rasionalitas didasarkan pada kesadaran orang tentang bagaimana sebuah
cerita konsisten secara internal dan benar sebagaimana pengalaman hidup yang
dijalani.
|
4. Rasionalitas
didasarkan pada kualitas pengetahuan dan proses pemikiran formal.
|
5.
Dunia dialami oleh orang sebagai sebuah kumpulan cerita yang harus
dipilih salah satunya. Ketika kita memilih, kita menjalani hidup dalam sebuah
proses penciptaan ulang yang terus-menerus.
|
5. Dunia
dapat direduksi menjadi sebuah rangkaian hubungan logis yang disingkap
melalui pemikiran logis.
|
KONSEP KUNCI DALAM PENDEKATAN NARATIF
(1)
Narasi
Sebuah deskripsi yang oleh pendengar diberi makna. Narasi
sering kali dianggap sebagai sekadar sebuah cerita, tetapi bagi Fisher narasi
lebih dari sekadar cerita yang memiliki plot dengan awal, pertengahan, dan
akhir. Narasi mencakup deskriptif verbal atau nonverbal apa pun dengan urutan
kejadian yang oleh para pendengar diberi makna.
(2)
Rasionalitas
Naratif
Standar untuk menilai cerita mana yang dipercayai dan mana
yang diabaikan. Karena kehidupan kita dialami dalam naratif, kita membutuhkan
metode untuk menilai cerita mana yang kita percayai dan mana yang tidak kita
perhatikan. Karena rasionalitas naratif berlawanan dengan logika tradisional,
maka beroperasi berdasarkan dua prinsip yang berbeda:
i. Koherensi
Prinsip rasionalitas naratif yang menilai konsistensi
internal dari sebuah cerita. Prinsip koherensi merupakan standar yang penting
dalam menilai rasionalitas naratif, yang pada akhirnya akan menentukan apakah seseorang
menerima naratif tertentu atau menolaknya. Koherensi sering kali diukur oleh
elemen-elemen organisasional dan struktural dari sebuah naratif. Sehingga
koherensi didasarkan pada tiga tipe konsistensi yang spesifik:
(a) Koherensi Struktural, suatu jenis koherensi
yang merujuk pada aliran cerita. Ketika cerita membingungkan, ketika satu
bagian tidak tersambung dengan bagian berikutnya, atau ketika alurnya tidak
jelas, maka cerita itu kekurangan koherensi struktural.
(b) Koherensi Material, jenis koherensi yang
merujuk pada kongruensi antara satu cerita dan cerita lainnya yang berkaitan. Jika
semua cerita kecuali satu menyatakan masalah bahwa seorang teman telah
memberikan informasi yang keliru sehingga menimbulkan situasi yang memalukan
bagi yang seorang lagi, Anda cenderung tidak akan memercayai satu cerita yang
berbeda sendiri tersebut. Anda akan percaya bahwa cerita yang berbeda ini
kekurangan koherensi material.
(c) Koherensi Karakterologis, jenis koherensi yang
merujuk pada dapat dipercayanya karakter-karakter di dalam cerita.
ii. Kebenaran
Prinsip rasionalitas naratif yang menilai kredibilitas
dari sebuah cerita. Fisher menyatakan bahwa ketika elemen-elemen sebuah cerita
“merepresentasikan pernyataan-pernyataan akurat mengenai realitas sosial”,
elemen tersebut memiliki kebenaran.
Logika dari good reason
berhubungan dengan ide Fisher akan ketepatan adalah metode utama yang ia
kemukakan untuk menilai ketepatan naratif: logika pertimbangan yang sehat.
Karena itu, logika bagi paradigma naratif membuat seseorang mampu menilai harga
atau nilai dari cerita. Logika dari pertimbangan
yang sehat, seperangkat nilai untuk menerima suatu cerita sebagai benar dan
berharga untuk diterima; memberikan suatu metode untuk menilai kebenaran.
Berikut lima pertanyaan yang pertama yang ditanyakan
pendengar mengenai suatu naratif:
a.
Apakah
pertanyaan-pertanyaan diklaim faktual di dalam sebuah naratif benar-benar
faktual?
b.
Apakah
ada fakta-fakta relevan yang telah dihapuskan dari naratif atau didistorsi
dalam penyampaiannya?
c.
Pola-pola
pertimbangan apa yang ada di dalam naratif?
d.
Seberapa
relevan argumen-argumen di dalam cerita dengan keputusan apa pun yang mungkin
akan dibuat oleh pendengar?
e.
Seberapa
baik naratif ini menjawab isu-isu penting dan signifikan dari kasus ini?
Pertanyaan-pertanyaan ini membentuk logika alasan. Untuk
mengubah ini menjadi logika good reason,
terdapat lima pertanyaan lagi yang memperkenalkan konsep nilai ke dalam proses
penilaian pengetahuan praktis, yaitu:
a.
Nilai
implisit dan eksplisit apakah yang terkandung di dalam naratif?
b.
Apakah
nilai-nilai ini sesuai dengan keputusan yang relevan dengan naratif itu?
c.
Apakah
dampak dari mengikuti nilai-nilai yang tertanam di dalam naratif tersebut?
d.
Apakah
nilai-nilai tersebut dapat dikonfirmasi atau divalidasi dalam pengalaman yang
dijalani?
e.
Apakah
nilai-nilai dari naratif merupakan dasar bagi perilaku manusia yang ideal?
Seperti yang diprediksikan oleh paradigma naratif, logika
bagi paradigma naratif membuat seseorang mampu menilai harga atau nilai dari
cerita. Cerita yang dikisahkan dengan baik- terdiri atas rasionalitas naratif
(memenuhi kriteria koherensi dan kebenaran)- akan lebih menggugah bagi pembaca
dibandingkan dengan kesaksian dari para ahli yang menyangkal akurasi faktual di
dalam naratif itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar