Minggu, 30 Oktober 2011

Blog saya Ilham prasetyo: teori behavorisme

Blog saya Ilham prasetyo: teori behavorisme: TEORI BEHAVIORISME Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramal...

Blog saya Ilham prasetyo: komunikasi intrapersonal bab 3 jalaludin rakhmat

Blog saya Ilham prasetyo: komunikasi intrapersonal bab 3 jalaludin rakhmat: Dalam komunikasi intrapersonal, akan dijelaskab bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya, menyumpannya dan menghasilkannya kembal...

teori behavorisme

TEORI BEHAVIORISME

Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.


Prinsip-prinsip teori behaviorisme

- Obyek psikologi adalah tingkah laku

- semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek

- mementingkan pembentukan kebiasaan

Aristoteles berpendapat bahwa pada watu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, seperti sebuah meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman. Menurut John Locke(1632-1704), salah satu tokoh empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai ”warna mental”. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Idea dan pengetahuan adalah produk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu.

Kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, memandang manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencari kesenangan, dan menghindari penderitaan. Dalam utilitarianismem perilaku anusia tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan hedonisme dan utilitariansisme, maka itulah yang disebut dengan behaviorisme.

Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dala pembentukan perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apa pun dengan menciptakan lingkungan yang relevan.

Thorndike dan Watson, kaum behaviorisme berpendirian: organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman dan prilaku digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.

Edward Edward Lee Thorndike (1874-(1874-1949))

Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum.

Hukum kesiapan (Law of Readiness)

Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.

Hukum latihan

Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.

Hukum akibat

Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.

Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936)

Teori pelaziman klasik

Adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan.

Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.

Skinner (1904-1990)

Skinner menganggap reward dan rierforcement merupakan factor penting dalan belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pda teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. . Operans conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.

Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli.Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan

Prinsip belajar Skinners adalah :

- Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.

- Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.

- Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.

- Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.

- dalam pembelajaran digunakan shapping

Albert Bandura (1925-sekarang)

Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambak atau obyek yang punya makna (pelaziman klasik).

Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbale balik yang berkesinambungan antara kognitine perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.

Behaviorsime memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri individu, sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal. Perasaan dan pikiran orang tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul sebagai reaksi pada psikologi ”mentalistik”.

komunikasi intrapersonal bab 3 jalaludin rakhmat


Dalam komunikasi intrapersonal, akan dijelaskab bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya, menyumpannya dan menghasilkannya kembali. Proses pengolahan informasi, yang di sini kita sebut komunikasi intrapersonal meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir.

1.1 Sensasi

Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”

Definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Kita mengenal lima alat indera atau pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri (internal). Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera oleh ineroseptor (misalnya, system peredaran darah). Gerakan tubuh kita sendiri diindera oleg propriseptor (misalnya, organ vestibular).

1.2 Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Sensasi adalah bagian dari persepsi. Persepsi, seperti juga sensasi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor lainnya yang memengaruhi persepsi, yakni perhatian.

Perhatian (Attention)

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesdaran pada saat stimuli lainnya melemah (Kenneth E. Andersen)

Faktor Eksternal Penarik Perhatian

Hal ini ditentukan oleh faktor-faktor situasional personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perharian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter) dan sifat-sifat yang menonjol, seperti :

* Gerakan secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak.
* Intensitas Stimuli, kita akan memerharikan stimuli yang menonjol dari stimuli yang lain
* Kebauran (Novelty), hal-hal yang baru dan luar biasa, yang beda, akan menarik perhatian.
* Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali bila deisertai sedikit variasi akan menarik perhatian.

Faktor Internal Penaruh Perhatian

Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan kita melihat apa yang ingin kita lihat, dan mendengar apa yang ingin kita dengar. Perbedaan ini timbul dari faktor-faktor yang ada dalam diri kita. Contoh-contoh faktor yang memengaruhi perhatian kita adalah :

* Faktor-faktor Biologis
* Faktor-faktor Sosiopsikologis.
* Motif Sosiogenis, sikap, kebiasaan , dan kemauan, memengaruhi apa yang kita perhatikan.

Kenneth E. Andersen, menyimpulkan dalil-dalil tentang perhatian selektif yang harus diperhatikan oleh ahli-ahli komunikasi.

1. Perhatian itu merupakan proses aktif dan dinamis, bukan pasif dan refleksif.
2. Kita cenderung memerhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau melibatkan kita.
3. Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan, sikat, nilai, kebiasaan, dan kepentingan kita.
4. Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita.
5. Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan
6. Walaupun perhatian kepada stimuli berarti stimuli tersebut lebih kuat dan lebih hidup dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepi kita akan betul-betul cermat.
7. Perhatian tergantung kepada kesiapan mental kita,
8. Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi.
9. Intesitas perhartian tidak konstan
10. Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan.
11. Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian
12. Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak.
13. Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan memertahankan perhatian

Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk apa yang ingin kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memeberikan respons pada stimuli itu.

Kerangka Rujukan (Frame of Reference)

Sebagai kerangka rujukan. Mula-mula konsep ini berasal dari penelitian psikofisik yang berkaitan dengan persepsi objek. Dalam eksperimen psikofisik, Wever dan Zener menunjukan bahwa penilaian terhadap objek dalam hal beratnya bergantung pada rangkaian objek yang dinilainya. Dalam kegiatan komunikasi kerangka rujukan memengaruhi bagaimana memberi makna pada pesan yang diterimanya.

Faktor-faktor Struktural yang Menentukan Persepsi

Faktor-faktor structural berasal semata-mara dari sifar stimuli fisik dan ekfek-efek saraf yang ditimbulkanny pada system saraf individu. Para psikolog Gestalat, seperti Kohler, Wartheimer, dan Koffka, merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat structural. Prinsip-prinsip ini kemundian terkenal dengan nama teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, mempersepsi sesuatu, kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan. Dengan kata lain, kita tidak melihat bagian-bagiannya. Jika kia ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah; kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan

***

Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi, menjadi empat bagian :

1. Dalil persepsi yang pertama : Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Berarti objek-objek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi
2. Dalil persepsi yang kedua : Medan perceptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interprestasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
3. Dalil persepsi yang ketiga : Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan diperngaruhi oleh keanggotaan kelompolmua dengan efek berupa asimilasi atau kontras.
4. Dalil persepsi yang keempat : Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat structural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis, atau balok.

Pada persepsi sosial, pengelompokan tidak murni structural; sebab apa yang dianggap sama atau berdekatan oleh seorang individu, tidaklah dianggap sama atau berdekatan dengan individu yang lainnya. Dalam komunikasi, dalil kesamaan dan kedekatan ini sering dipakai oleh komunikator untuk meningkatkan kredibilitasnya, atau mengakrabkan diri dengan orang-orang yang punya prestise tinggi. Jadi, kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimuli ditangapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Kecenderungan untuk mengelompokan stimuli berdasarkan kesamaan dan kedekatan adalah hal yang universal.

1.3 Memori

Dalam komunikasi Intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam memengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Memori adalah system yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya (Schlessinger dan Groves). Memori meleawai tiga proses:

1. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor inera dan sirkit saraf internal.
2. Penyimpanan (strorage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada berserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. Pe
3. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah menggunakan informasi yang disimpan

Jenis-jenis Memori

Pemanggilan diketahui dengan empat cara :

1. Pengingatan (Recall), Proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas.
2. Pengenalan (Recognition), Agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta;lebih mudah mengenalnya.
3. Belajar lagi (Relearning), Menguasai kembali pelajaran yang sudah kita peroleh termasuk pekerjaan memori.
4. Redintergrasi (Redintergration), Merekontruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil.

Mekanisme Memori

Ada tiga teori yang menjelaskan memori :

1. Teori Aus (Disuse Theory), memori hilang karena waktu. William James, juga Benton J. Underwood membuktikan dengan eksperimen, bahwa “the more memorizing one does, the poorer one’s ability to memorize” – makin sering mengingat, makin jelek kemampuan mengingat.
2. Teori Interferensi (Interference Theory), Memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada menja lilin atau kanvas itu. Ada 5 hal yang menjadi hambatan terhapusnya rekaman : Interferensi, inhibisi retroaktif (hambatan kebelakang), inhibisi proaktif (hambatan kedepan), hambatan motivasional, dan amnesia.
3. Teori Pengolahan Informasi ( Information Processing Theory), menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masuk short-term memory (STM, memory jangka pendek; lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukan pada Long-Term Memory (LTM, memori jangka panjang)

1.4 Berpikir

Apakah berpikir itu?

Dalam berpikir kita melibat semua proses yang kita sebut sensasi, persepsi, dan memori. Berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsure-unsur lingkungan dengan menggunakan lambing-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak. Berpikir menunjukan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa. Berpikir kita lakukan untuk memahami relaitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan persoalan (problem solving). Dan menghasilkan yang baru (creativity).

Bagaimana Orang Berpikir?

Ada dua macam berpikir:

1. berpikir autistik, dengan melamun, berfantasi, menghayal, dan wishful thinking. Dengan berpikir autistic prang melarikan diri dari kenyataan dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis.
2. berpikir realistic, disebut juga nalar (reasoning), ialah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyara.
3. Floyd L. Ruch, menyebutkan tiga macam berpikir realistic :

1. Berpikir deduktif : mengambil kesimpulan dari dua pernyataan, dalam logika disebutnya silogisme.
2. Berpikir Induktif : Dimulai dari hal-hal yang khusu kemundian mengambil kesimpulan umum; kita melakukan generalisasi.
3. Berpikir evaluatif : berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan, kita tidak menmbah atau mengurangi gagasan, namun menilainya menurut kriteria tertentu.

Menetapkan Keputusan (Decision Making)

Salah satu fungsi berpikir adalah menetapkan keputusan. Keputusan yang kita ambil beraneka ragam. Tanda-tanda umumnya:

1. Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual
2. keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternative
3. keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaanya boleh ditangguhkan atau dilupakan.

Faktor-faktor personal amat menentukan apa yang diputuskan, antara lain :

1. Kognisi, kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki
2. Motif, amat memengaruhi pengambilan keputusan
3. Sikap, juga menjadi faktor penentu lainnya.

Memecahkan persoalan (Problem Solving)

Proses memecahkan persoalan berlangsung melalui lima tahap :

1. Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat Karena sebab-sebab tertentu
2. Anda mencoba menggali memori anda untuk mengatahui cara apa saja yang efektif pada masa lalu
3. pada tahap ini, anda mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah anda ingat atau yang dapat anda pikirkan.
4. Anda mulai menggunakan lambing-lambang vergal atau grafis untuk mengatasi masalah
5. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran anda suatu pemecahan. Pemecahan masalah ini biasa disebut Aha-Erlebnis (Pengalaman Aha), atau lebih lazim disebut insight solution.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Proses Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dipengaruhi faktor-faktrot situasional dan personal. Faktor-faktor situasional terjadi, misalnya, pada stimulus yang menimbulkan masalah. Pengaruh faktor-faktor biologis dan sosiopsikologis terhadap proses pemecahan masalah. Contohnya :

1. Motivasi. Motivasi yang rendah lebih mengalihkan perhatian. Motivasi yang tinggi membatasi fleksibilitas.
2. Kepercayaan dan sikap yang salah. Asumsi yang salah dapat menyesatkan kita.
3. Kebiasaan. Kecenderungan untuk memertahankan pole berpikir tertentu, atau misalnya melihat masalah dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas, mengahambat pemecahan masalah yang efisien.
4. Emosi. Dalam menghadapi berbagai situasi, kita tanpa sadar sering terlibat secara emosional. Emosi mewarnai cara berpikir kita. Kita tidak pernah berpikir betul-betul secara objektif.

Berpikir Kreatif (Creative Thinking)

Berpikir kreatif menurut James C. Coleman dan Coustance L. Hammen, adalah “thinking which produces new methods, new concepts, new understanding, new invebtions, new work of art.” Berpikir kreatif harus memenui tiga syarat:

1. Kreativitas melibatkan respons atau gagasan yang baru, atau yang secara statistic sangat jarang terjadi. Tetapi kebauran saja tidak cukup.
2. Kreativitas ialah dapat memecahkan persoalan secara realistis.
3. Kreativitas merupakan usaha untuk memertahankan insight yang orisinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin.

Ketika orang berpikir kreatif, cara berpikir yang digunakan adalah berpikir analogis. Guilford membedakan antara berpikir kreatif dan tak kreatif dengan konsep konvergen dan divergen. Kata Guilford, orang kreatif ditandai dengan cara berpikir divergen. Yakni, mencoba menghasilkan sejumlah kemungkinan jawaban. Berpikir konvergen erat kaitannya dengan kecerdasan, sedangkan divergen kreativitas. Berpikir divergen dapat diukur dengan fluency, flexibility, dan originality.

Proses Berpikir Kreatif

Para psikolog menyebutkan lima tahap berpikir kreatif :

1. Orientasi : Masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diidentifikasi
2. Preparasi : Pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah.
3. Inkubasi : Pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan berhadapan dengan jalan buntu. Pada tahap ini, proses pemecahan masalah berlangsung terus dalam jiwa bawah sadar kita.
4. Iluminasi : Masa Inkubasi berakhir ketika pemikir memperoleh semacam ilham, serangkaian insight yang memecahkan masalah. Ini menimbulkan Aha Erlebnis.
5. Verifikasi : Tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang diajukan pada tahan keempat.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif tumbuh subur bila ditunjang oleh faktor personal dan situasional. Menurut Coleman dan Hammen, faktor yang secara umum menandai orang-orang kreatif adalah :

1. Kemampuan Kognitif : Termasuk di sini kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan melahirkan gagasan-gagasan baru, gagasan-gagasan yang berlainan, dan fleksibilitas kognitif

2. Sikap yang terbuka : orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal maupun eksternal.

3. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri : orang kreatif ingin menampilkan dirinya semampu dan semaunya, ia tidak terikat oleh konvensi-kovensi. Hal ini menyebabkan orang kreatif sering dianggap “nyentrik” atau gila.

Selain faktor lingkungan psikososial, beberapa peneliti menjukan adanya faktor situasional lainnya. Maltzman menyatakan adanya faktor peneguhan dari lingkungan. Dutton menyebutkan tersedianya hal-hal istimewa bagi manusia kreatif, dan Silvano Arieti menekankan faktor isolasi dalam menumbuhkan kreativitas.

Kamis, 29 September 2011

pradigma naratife


PARADIGMA NARATIF
BERDASARKAN PENELITIAN WALTER FISHER
BAB 20
            PENELITIAN WALTER FISHER
            Fisher menyatakan bahwa esensi dari sifat dasar manusia adalah menceritakan kisah. Sehingga paradigma naratif mengemukakan keyakinan bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwa pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita.
            Fisher menyatakan bahwa  paradigma ini merujuk pada usaha untuk memformalisasi dan mengarahkan pemahaman kita mengenai pengalaman dari semua komunikasi manusia. Yang ia bandingkan dengan pendekatan lain dengan apa yang ia sebut sebagai paradigma rasional yang mengarakterisasi pemikiran Barat sebelumnya. Dengan cara ini, Fisher mempresentasikan apa yang dapat disebut sebagai pergeseran paradigma, perubahan signifikan dalam cara kebanyakan orang melihat dunia dan maknanya.
            Tetapi Fisher menyatakan bahwa perubahan ini tidak menjangkau dengan luas karena baik filsafat dan ilmu pengetahuan menghargai sebuah sistem logika formal yang terus menempatkan puisi atau retorika pada sebuah posisi yang rendah. Paradigma dunia rasional, sistem logika  (cara yang paling utama) yang digunakan oleh banyak peneliti dan profesional.
            ASUMSI PARADIGMA NARATIF
Asumsi paradigma naratif yang dinyatakan oleh Fisher bertolak belakang dengan paradigma dunia rasional. Hal ini menimbulkan perbedaan antara paradigma naratif dengan paradigma dunia rasional.
PARADIGMA NARATIF
PARADIGMA DUNIA RASIONAL
1.    Manusia adalah makhluk  pencerita.
1. Manusia adalah makhluk rasional.
2.    Pengambilan keputusan dan komunikasi didasarkan pada “pertimbangan yang sehat”.
2. Pengambilan keputusan didasarkan pada argumen.
3.    Pertimbangan yang sehat ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya, dan karakter.
3. Argumen mengikuti kriteria khusus untuk mencapai pertimbangan yang sehat, logika.
4.    Rasionalitas didasarkan pada kesadaran orang tentang bagaimana sebuah cerita konsisten secara internal dan benar sebagaimana pengalaman hidup yang dijalani.
4. Rasionalitas didasarkan pada kualitas pengetahuan dan proses pemikiran formal.
5.    Dunia dialami oleh orang sebagai sebuah kumpulan cerita yang harus dipilih salah satunya. Ketika kita memilih, kita menjalani hidup dalam sebuah proses penciptaan ulang yang terus-menerus.
5. Dunia dapat direduksi menjadi sebuah rangkaian hubungan logis yang disingkap melalui pemikiran logis.
   
            KONSEP KUNCI DALAM PENDEKATAN NARATIF
(1)   Narasi
Sebuah deskripsi yang oleh pendengar diberi makna. Narasi sering kali dianggap sebagai sekadar sebuah cerita, tetapi bagi Fisher narasi lebih dari sekadar cerita yang memiliki plot dengan awal, pertengahan, dan akhir. Narasi mencakup deskriptif verbal atau nonverbal apa pun dengan urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi makna.
(2)   Rasionalitas Naratif
Standar untuk menilai cerita mana yang dipercayai dan mana yang diabaikan. Karena kehidupan kita dialami dalam naratif, kita membutuhkan metode untuk menilai cerita mana yang kita percayai dan mana yang tidak kita perhatikan. Karena rasionalitas naratif berlawanan dengan logika tradisional, maka beroperasi berdasarkan dua prinsip yang berbeda:
      i.     Koherensi
Prinsip rasionalitas naratif yang menilai konsistensi internal dari sebuah cerita. Prinsip koherensi merupakan standar yang penting dalam menilai rasionalitas naratif, yang pada akhirnya akan menentukan apakah seseorang menerima naratif tertentu atau menolaknya. Koherensi sering kali diukur oleh elemen-elemen organisasional dan struktural dari sebuah naratif. Sehingga koherensi didasarkan pada tiga tipe konsistensi yang spesifik:
(a) Koherensi Struktural, suatu jenis koherensi yang merujuk pada aliran cerita. Ketika cerita membingungkan, ketika satu bagian tidak tersambung dengan bagian berikutnya, atau ketika alurnya tidak jelas, maka cerita itu kekurangan koherensi struktural.
(b) Koherensi Material, jenis koherensi yang merujuk pada kongruensi antara satu cerita dan cerita lainnya yang berkaitan. Jika semua cerita kecuali satu menyatakan masalah bahwa seorang teman telah memberikan informasi yang keliru sehingga menimbulkan situasi yang memalukan bagi yang seorang lagi, Anda cenderung tidak akan memercayai satu cerita yang berbeda sendiri tersebut. Anda akan percaya bahwa cerita yang berbeda ini kekurangan koherensi material.
(c) Koherensi Karakterologis, jenis koherensi yang merujuk pada dapat dipercayanya karakter-karakter di dalam cerita.
    ii.     Kebenaran
Prinsip rasionalitas naratif yang menilai kredibilitas dari sebuah cerita. Fisher menyatakan bahwa ketika elemen-elemen sebuah cerita “merepresentasikan pernyataan-pernyataan akurat mengenai realitas sosial”, elemen tersebut memiliki kebenaran.
Logika dari good reason berhubungan dengan ide Fisher akan ketepatan adalah metode utama yang ia kemukakan untuk menilai ketepatan naratif: logika pertimbangan yang sehat. Karena itu, logika bagi paradigma naratif membuat seseorang mampu menilai harga atau nilai dari cerita. Logika dari pertimbangan yang sehat, seperangkat nilai untuk menerima suatu cerita sebagai benar dan berharga untuk diterima; memberikan suatu metode untuk menilai kebenaran.
Berikut lima pertanyaan yang pertama yang ditanyakan pendengar mengenai suatu naratif:
a.    Apakah pertanyaan-pertanyaan diklaim faktual di dalam sebuah naratif benar-benar faktual?
b.    Apakah ada fakta-fakta relevan yang telah dihapuskan dari naratif atau didistorsi dalam penyampaiannya?
c.    Pola-pola pertimbangan apa yang ada di dalam naratif?
d.   Seberapa relevan argumen-argumen di dalam cerita dengan keputusan apa pun yang mungkin akan dibuat oleh pendengar?
e.    Seberapa baik naratif ini menjawab isu-isu penting dan signifikan dari kasus ini?
Pertanyaan-pertanyaan ini membentuk logika alasan. Untuk mengubah ini menjadi logika good reason, terdapat lima pertanyaan lagi yang memperkenalkan konsep nilai ke dalam proses penilaian pengetahuan praktis, yaitu:
a.    Nilai implisit dan eksplisit apakah yang terkandung di dalam naratif?
b.    Apakah nilai-nilai ini sesuai dengan keputusan yang relevan dengan naratif itu?
c.    Apakah dampak dari mengikuti nilai-nilai yang tertanam di dalam naratif tersebut?
d.   Apakah nilai-nilai tersebut dapat dikonfirmasi atau divalidasi dalam pengalaman yang dijalani?
e.    Apakah nilai-nilai dari naratif merupakan dasar bagi perilaku manusia yang ideal?
Seperti yang diprediksikan oleh paradigma naratif, logika bagi paradigma naratif membuat seseorang mampu menilai harga atau nilai dari cerita. Cerita yang dikisahkan dengan baik- terdiri atas rasionalitas naratif (memenuhi kriteria koherensi dan kebenaran)- akan lebih menggugah bagi pembaca dibandingkan dengan kesaksian dari para ahli yang menyangkal akurasi faktual di dalam naratif itu.

Sabtu, 24 September 2011

teori delatika


                DEFINISI TEORI DIALEKTIKA RELASIONAL
                Teori Dialektika Relasional (Relational Dialectics Theory-RDT) menyatakan bahwa hidup berhubungan dicirikan oleh ketegangan-ketegangan yang berkelanjutan antara impuls-impuls yang kontradiktif. Karya Baxter dan Montgomery dipengaruhi secara langsung oleh Mikhail Bakhtin, seorang filsuf Rusia yang mengembangkan teori dialog personal. Berangkat dari pemikiran Bakhtin, Baxter dan Montgomery juga membentuk pemikiran visi dialektis.
                Kita dapat menjelaskan visi dari perilaku manusia ini dengan membandingkannya dnegan dua pendekatan: pendekatan monologis, pendekatan yang membingkai kontradiksi sebagai hanya/atau, dan pendekatan dualistik, pendekatan yang membingkai kontradiksi sebagai dua bagian yang terpisah.
                Selain itu, pendekatan dualisme memungkinkan ide bahwa hubungan dapat dievaluasi secara berbeda, para pemikir juga menggunakan pendekatan dialektik, pendekatan yang membingkai kontradiksi sebagai baik/maupun.
                Dengan kata lain, teori dialektika relasional, menggambarkan hidup hubungan sebagai kemajuan dari pergerakan yang konstan. Orang-orang yang terlibat di dalam hubungan terus merasakan dorongan dan tarikan dari keinginan-keinginan yang bertolak belakang di dalam seluruh bagain hidup berhubungan.
ASUMSI DALAM TEORI DIALEKTIKA RELASIONAL
(1)    Hubungan tidak bersifat linear.
Asumsi ini merupakan asumsi paling penting, bahwa hubungan yang tidak terdiri atas bagian-bagian yang bersifat linear atau kemajuan ke arah depan. Sebaliknya, hubungan terdiri atas fluktuasi yang terjadi antara keinginan-keinginan yang kontradiktif. Hubungan yang bergerak maju digambarkan memiliki beberapa elemen tertentu, misalnya keintiman, pembukaan diri, kepastian, dan seterusnya. Dan kerangka pemikiran hanya/atau membingkai hubungan sebagai hanya intim, terbuka, pasti atau tidak.
(2)    Hidup berhubungan ditandai dengan adanya perubahan.
Baxter dan Montgomery mengamati bahwa “proses atau perubahan suatu hubungan ... merujuk pada pergerakan kuantitatif dan kualitatif sejalan dengan waktu dan kontraksi-kontraksi yang terjadi, di seputar mana suatu hubungan dikelola”
(3)    Kontradiksi merupakan fakta fundamental dalam hidup berhubungan.
Orang mengelola kontradiksi atau ketegangan dan oposisi ini dengan cara yang berbeda-beda, tetapi kedua hal ini selalu ada dalam hidup berhubungan. Tarikan dan dorongan yang direpresentasikan oleh dialektika mengonstruksi hidup berhubungan.
(4)    Komunikasi sangat penting dalam mengelola dan menegosiasikan kontradiksi-kontradiksi dalam hubungan.
Secara khusus, teori ini memberikan posisi yang paling utama pada komunikasi. Sebagaimana diamati oleh Baxter dan Montgomery (1996), “dari perspektif dialektika relasi, aktor-aktor sosial memberikan kehidupan melalui praktik-praktik komunikasi mereka kepada kontradiksi-kontradiksi yang mengelola hubungan mereka. Realita sosial dari kontradiksi diproduksi dan direproduksi oleh tindakan komunikasi para aktor sosial”.
ELEMEN DIALEKTIKA: MEMBANGUN KETEGANGAN
Elemen-elemen ini sangat mendasar dalam perspektif dialektis: totalitas; mengakui adanya saling ketergantungan antara orang-orang di dalam sebuah hubungan, kontradiksi; ciri utama dari pendekatan dialektika; merujuk pada oposisi-oposisi, pergerakan; merujuk pada sifat berproses dalam suatu hubungan, dan praksis; merujuk pada kapasitas manusia untuk memilih.
DIALKETIKA RELASI DASAR
Banyak dialektika spesifik berbeda yang telah didiskusikan berkaitan dengan hidup berhubungan.  Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, tiga yang paling relevan dengan hubungan adalah:
a)      Otonomi dan keterikatan, sebuah ketegangan hubungan yang penting yang menunjukkan keinginan-keinginan kita yang saling berkonflik untuk menjadi dekat maupun menjadi jauh.
b)      Keterbukaan dan perlindungan, ketegangan dalam berhubungan yang penting menunjukkan keinginan-keinginan kita yang saling berkonflik untuk mengatakan rahasia kita dan untuk menyimpannya.
c)       Hal yang baru dan hal yang dapat diprediksi, ketegangan dalam berhubungan yang penting yang menunjukkan keinginan-keinginan kita yang saling berkonflik untuk memiliki stabilitas dan perubahan.
                Apa yang baru saja dibahas adalah dialektika interaksional, ketegangan-ketegangan yang muncul dari dan dibangun oleh komunikasi. Para peneliti juga telah membahas dialektika lain yang memengaruhi hidup berhubungan, yaitu: dialektika kontekstual; ketegangan yang muncul dari tempat suatu hubungan dalam budaya, dialektika publik dan privat; dialektika kontekstual yang muncul dari hubungan privat dan kehidupan publik, dan dialektika yang nyata dan yang ideal; dialektika kontekstual yang muncul dari perbedaan antara hubungan yang dianggap ideal dengan hubungan yang dijalani.
                MELAMPAUI DIALEKTIKA DASAR
                Ketegangan dialektika dasar yang telah kita bahwa mengkarakterisasi banyak hubungan interpersonal, tetapi badan peneliti yang berkembang mulai menemukan ketegangan tambahan dan pertanyaan apakah otonomi-keterikatan, keterbukaan-perlindungan, hal yang baru-hal yang dapat diprediksi menyusupi semua hubungan dalam semua konteks. (Braithwaite&Baxter, 1995)
                RESPONS TERHADAP DIALEKTIKA
                Baxter (1988) mengidentifikasi empat strategi spesifik untuk tujuan ini: pergantian siklus; respons untuk menghadapi ketegangan dialektis; merujuk pada perubahan sejalan dengan waktu, segmentasi; respons untuk menghadapi ketegangan dialektis; merujuk pada perubahan akibat konteks, seleksi; respons untuk menghadapi ketegangan dialektis; merujuk pada pemberian prioritas pada oposisi-oposisi yang ada, dan integrasi; respons untuk menghadapi ketegangan dialektis; merujuk pada membuat sintesis oposisi; terdiri atas tiga strategi:
a)      Menetralisasi, substrategi dari integrasi; merujuk pada kompromi terhadap dua oposisi.
b)      Membingkai ulang, substrategi dari integrasi; merujuk pada mentransformasi oposisi.
c)       Mendiskualifikasi, substrategi dari integrasi; merujuk pada pengecualian pada beberapa isu dari pola umum.